Sabtu, 14 Agustus 2010

1 Juta Orang Melakukan Bunuh Diri

1 Juta Orang Melakukan Bunuh Diri. Sekitar satu juta orang melakukan bunuh diri di seluruh dunia pada 2000 karena masalah yang kompleks, kata Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Warih Andan Puspitosari.



"Bunuh diri merupakan masalah kompleks tanpa satu penyebab dan alasan tunggal. Bunuh diri merupakan hasil interaksi yang rumit antara faktor biologis, genetis, psikologis, sosial, kultural, dan lingkungan," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Oleh karena itu, menurut dia pada diskusi Depresi dan Bunuh Diri, sangat sulit dijelaskan mengapa sebagian orang melakukan tindak bunuh diri sedangkan sebagian orang yang memiliki masalah serupa bahkan lebih buruk tidak melakukannya.

Namun demikian, hilangnya harapan atau keputusasaan menjadi faktor terbesar yang memunculkan keinginan untuk bunuh diri, terutama bagi penderita depresi berat. Depresi adalah diagnosis yang paling umum dalam tindak bunuh diri.


"Setiap orang merasa depresi, sedih, kesepian, dan tidak stabil dari waktu ke waktu, namun biasanya perasaan tersebut akan berlalu. Jika perasaan itu menetap dan mengganggu kehidupan normal, seseorang berhenti mengalami perasaan depresi tetapi kondisi itu berubah menjadi penyakit depresi.

Secara umum, gejala depresi meliputi perasaan sedih hampir setiap hari, hilangnya minat terhadap aktivitas yang biasa dilakukan, berat badan berkurang atau sebaliknya bertambah, tidur telalu banyak atau sedikit atau terbangun terlalu dini.

Selain itu, merasa lelah dan lemah sepanjang waktu, merasa tidak berguna, mudah marah atau gelisah, sulit berkonsentrasi, dan memiliki pemikiran berulang mengenai kematian dan bunuh diri.

Namun, penyakit depresi sering tidak terdiagnosa meskipun berbagai macam pengobatan tersedia. Hal itu karena seseorang biasanya malu mengakui jika depresi dan menganggap gejalanya sebagai tanda kelemahan.

"Sebagian kasus bunuh diri dapat dicegah karena sebagian penderita depresi umumnya memberikan peringatan berupa keluhan seperti ’hidup sangat berat’, ’tak kuat lagi menanggung beban’, ’tidak kuat menjalani kehidupan," katanya.

Ia mengatakan, jika keluhan itu muncul, orang yang ada di sekitarnya harus tanggap dan memberikan dukungan agar kasus bunuh diri tidak terjadi. Keluarga dan masyarakat sangat penting untuk memahami hal itu karena mereka yang berada paling dekat dengan penderita, sehingga kasus bunuh diri dapat dicegah.

Dalam hal ini, pemerintah atau tenaga kesehatan, termasuk media massa memiliki kewajiban untuk mengedukasi, mengenali, dan mendampingi masyarakat sebagai dukungan sosial yang efektif.

Media massa bisa menjadi sarana edukasi efektif bagi masyarakat agar mereka tidak terstigma dengan gangguan jiwa. Gangguan jiwa tidak hanya identik dengan gila.

"Gangguan jiwa ringan dan sedang banyak dijumpai di masyarakat, tetapi penderita sering tidak datang ke pelayanan kesehatan," katanya.
sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: